Dunia itu Sempit!
(Lulu Asmi Lathifah S. X-Aksel)
Gadis itu perlahan membuka matanya. Cahaya matahari yang menembus celah-celah tirai kamarnya membuatnya terbangun dari mimpinya.
“Husna! Bangun, sudah siang!”
Suara dari luar kamarnya membuatnya terdorong untuk beranjak dari tempat kesayangannya; kasurnya.
“Iya, Maa..” Husna menyahut dengan malas. Dia berjalan kearah pintu kamarnya, saat ia membuka pintu kamarnya, ibu nya sedang berdiri tepat di hadapannya.
“Aduh, Ma.. Ini kan hari libur! Kok pagi-pagi gini udah ngebangunin Husna, sih?”
“Hey, sekarang sudah siang, jam 8 lho.” kata ibunya sambil mengelus rambut Husna.
“Mama.. Kalau hari libur, jam 8 itu masih pagi, Ma..”
Hari itu memang hari libur. Dua hari yang lalu adalah pembagian rapor semester 4 di sekolah Husna, SMP Merdeka. Dan hasil rapor nya? Tidak diragukan, dia meraih nilai tertinggi di kelasnya. Dan sekarang, Husna sudah jadi anak kelas 9!
“Husna, kamu ingat tidak hari ini hari apa?” kata ibunya.
“Hari libur, Ma..”
“Aduh, Nak.. Pikiran kamu kok ke libur terus, sih? Maksud mama, nama hari nya, hari apa?”
“Hmm.. Husna lupa.”
“Hmm.. Kalau kamu lihat ini pasti ingat.”
Ibunya mengeluarkan 3 lembar kertas yang sedari tadi ia sembunyikan di balik tangannya, dan ia menyimpannya tak jauh dari mata Husna.
Husna menyipitkan matanya agar dapat melihat kertas itu lebih jelas. Dalam waktu kurang dari 5 detik, matanya langsung terbelalak.
“Hari Selasa! Ketemu teteh! Ayo ke Malang!”
Husna yang tadinya lemas dan malas-malasan, seketika berubah menjadi segar dan semangat. 3 lembar kertas itu benar-benar telah menyihirnya! Husna pun langsung berlari ke kamar mandi. Ibunya hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat anaknya itu.
Ternyata, 3 lembar kertas itu adalah tiket kereta. 3 tiket kereta menuju Malang untuk Husna, ibunya, dan ayahnya. Memang, mereka telah merencanakan liburan kali ini untuk pergi ke kota Malang, untuk mengunjungi kakak perempuan Husna yang menetap disana.
***
Sore harinya, Husna dan kedua orang tuanya pergi menuju sebuah stasiun kereta di kota Bandung. Perjalanan Bandung-Malang memakan waktu sekitar 1 malam. Untuk mengisi waktunya itu, Husna mengirim pesan singkat kepada teman dekatnya di sekolah, Dini.
To : Dini (081234567890)
Hey, lagi ngapain? Bosen nih.. :(
5 menit berlalu. Dini belum juga membalas pesan Husna.
“Ah, mungkin udah tidur kali ya.” ujar Husna sambil memasukkan handphone ke saku rok nya. Ia pun terlelap seiring dengan merdunya suara hujan gerimis di luar sana.
***
Husna membuka matanya. Rupanya ia masih di dalam kereta.
“Lama banget sih sampainya.” Husna meringis.
Ia melihat keluar jendela, roman-romannya, ini sudah di Jawa Timur. Benar saja, 10 menit kemudian, ia sampai di stasiun. Dengan semangat, Husna menuruni kereta. Udara pagi di kota Malang benar-benar sejuk kala itu. Dari stasiun, ia langsung menuju kediaman kakak perempuannya yang dirindukannya itu.
Sekitar 30 menit, akhirnya ia sampai di tempat tujuannya.
“Assalamu’alaikum..”
Seseorang dari dalam membuka pintu rumah tersebut.
Terdengar suara anak kecil yang khas dari balik pintu. “Wa’alaikumussalam..”
“Aaaaaddeeeeek..!!” Husna langsung memeluk anak kecil itu yang ternyata adalah keponakannya. Tak lama kemudian, muncullah sesosok perempuan yang sudah tak asing lagi bagi Husna, yaitu kakak perempuannya.
“Teteh..!!” Husna ganti memeluk kakak perempuannya yang ia panggil teteh. Selepas itu, mereka berkumpul bersama melepas kerinduan diantara mereka.
Hari-hari di Malang dilewati Husna dengan suka ria, canda, bermain bersama keponakan kecil nya, dan tak lupa berpetualang di kota Malang.
Tak terasa 1 minggu sudah terlewati. Saatnya Husna dan kedua orang tuanya pulang kembali ke kota asal, Garut.
Sehari sebelum kepulangannya ke Garut, Husna mengirim kembali pesan singkat pada temannya, Dini. “Ah, siapa tahu sekarang sms-nya di balas.” kata Husna dalam hati.
To : Dini (081234567890)
Din, liburan kemana nih?
2 menit kemudian, handphone Husna berbunyi, menandakan ada sms yang masuk.
“Nah, pasti ini Dini!” ujarnya sambil tersenyum dan meraih handphone nya.
Ia melihat layar handphone nya.
“Yaaah.. Malah sms dari operator!” ujar Husna meringis.
Beberapa menit kemudian handphonenya berbunyi kembali.
“Nah, ini baru bener dari Dini!”
From : Dini (081234567890)
Aku liburan di Surabaya :D kamu liburan kemana, Na?
“Hah? Surabaya? Deket Malang, dong. Sama-sama Jawa Timur. Kok bisa sama gini ya?” Husna mengetik kembali balasan sms nya.
To : Dini (081234567890)
Wah? Bener di Surabaya? Aku lagi di Malang, Din! Cuman besok juga pulang sih.
From : Dini (081234567890)
Bener, Na.. Aku juga besok pulang kok. Malang? Deket dong?
To : Dini (081234567890)
Masa? Pulangnya naik apa? Kalo aku sih naik kereta.
From : Dini (081234567890)
Naik kereta juga :D kamu kereta apa, Na? Jangan-jangan samaan juga nih.
To : Dini (081234567890)
Turangga, kamu?
To : Dini (081234567890)
Tuh kan sama! Aku juga Turangga!
“Hah? Masa sih sama? Hmm.. Apa Dini cuma bercanda? Dia kan seneng bercanda!” Husna melanjutkan kembali mengetik pesannya pada Dini.
To : Dini (081234567890)
Ahh, kamu bercanda ya, Din?
From : Dini (081234567890)
Nggak lah.. Seriusan..
To : Dini (081234567890)
Hmm.. Iya deh. Turangga yang jam 6 bukan? Gerbong berapa? Aku gerbong 3.
From : Dini (081234567890)
Iya jam 6. Gerbong 3 juga. Ih, kok sama sih?
“Haduh ini si Dini beneran bercanda nih. Masa dari kereta, jam berangkat, gerbong, semuanya samaan?”
Masih dengan rasa ketidakpercayaannya, Husna segera tidur karena keberangkatan kereta besok adalah di pagi hari, jam 6.
***
Pukul 4 pagi, Husna sudah terbangun. Ia bersiap untuk pulang ke Garut. Ia teringat kembali Dini yang katanya naik kereta yang sama, jam yang sama, gerbogn yang sama dengannya.
“Ma, boleh lihat tiket kereta kita?” kata Husna sambil melahap sarapannya.
“Ini. Kenapa, Na?” Ibunya menyodorkan tiket kereta itu.
Husna memperhatikan baik-baik huruf yang tertera disana.
“Turangga. Jam 6. Gerbong 3. Husna nggak salah lihat kan, Ma?”
“Iya, bener kok. Emang kenapa?” kata ibunya dengan penuh rasa heran.
“Itu, temen Husna, Dini. Mama tahu kan? Katanya sekarang dia ada di Surabaya dan mau pulang juga ke Garut hari ini. Keretanya sama lho, Ma. Jam berangkatnya juga, gerbongnya juga. Kok bisa gitu ya? Apa dia cuma bercanda? Dia kan orangnya gitu, Ma, suka bercanda.” Papar Husna panjang.
“Oh, iya? Bisa aja dia bener, Na. Dunia kita ini sempit, bisa aja kalian ketemu di tempat yang jauh kayak Malang ini.”
“Iya sih, cuman..”
“Ah, sudah, lanjutin dulu makannya!”
“Hmm..” Husna melanjutkan sarapannya.
***
Pukul 5, Husna dan kedua orangtua nya menuju stasiun kereta. Masih dengan rasa tidak percaya nya, Husna meng-sms kembali Dini.
To : Dini (081234567890)
Din, beneran nih Turangga jam 6 gerbong 3? Aku udah di stasiun.
From : Dini (081234567890)
Bener.. Masih di jalan nih.
Husna duduk di ruang tunggu. Mulai terlihat banyak orang yang berlalu-lalang disana. Tapi hingga pukul 05.30, sosok Dini tak juga dijumpainya.
“Tuh kan, jam segini aja belum ada. Berarti dia bohong nih.” ujar Husna kesal.
Entah kenapa, Husna ingin sekali melihat ke pintu masuk stasiun. Dan saat ia melihat ke arah pintu masuk, terlihat sesosok gadis yang tak asing baginya. Badannya tidak terlalu tinggi, berkulit putih, memakai baju biru. Ya! Itu Dini!
Husna segera beranjak dari tempat duduknya. Ia memfokuskan matanya kembali pada orang itu, takutnya, ia salah lihat. Orang itu berjalan semakin dekat ke arahnya. Dia melambaikan tangannya pada Husna. “Hey, Husna! Aku nggak bohong, kan!”
Ya, benar! Itu benar-benar Dini!
“Hah? Kamu serius Dini, kan?” Husna masih saja tak percaya.
“Iya lah, Na! Haduh, kamu itu gimana, sih!”
“Ih, kok bisa sih, Din, kita ketemu disini? Aku kira kamu bercanda. Biasanya kan kita ketemu di sekolah, di Garut. Kok ini bisa di Malang, sih? Haduh, dunia ini emang sempit ya, Din!” Husna tertawa.
“Haha, iya nih. Anehnya, kita satu kereta, satu gerbong lagi!”
“Iya! Eh, boleh lihat tiket kamu? Kita foto aja, yuk! Temen-temen di sekolah pasti nggak nyangka tentang pengalaman kita ini, gimana?”
“Haha, boleh juga tuh!” Dini mengeluarkan tiket keretanya.
Jepret! Mereka mengambil foto bersama dengan tiket mereka itu.
Jam 6, kereta Turangga membawa Husna dan Dini pergi meninggalkan kota Malang yang penuh kenangan bagi mereka.
Benar-benar pengalaman yang unik bagi Husna dan Dini. Ah, dunia ini memang sempit, kawan!
***
menarik u/Dibaca..
ReplyDeleteterimakasih.. ^_^
DeleteKopi ya...Makasih..
ReplyDeletesilahkan :) sama-sama..
Deleteterima kasih sudah berkunjung ^_^